Sabtu, 01 April 2017

Dalam Senja yang Sudah Terlewat

Dalam senja yang sudah terlewat.
Setiap 0,5 mL hujan yang jatuh menghantam bumi terdengar jelas seperti irama. Mereka menggertak, mewarnai sunyi malam dengan rangkai nada yang berjarak.
Satu fase kehidupan monoton terulang lagi. Tentang rindu yang berantakan, atau perasaan asing yang bercampur takut. Perasaan yang setengah mati dihindari. Perasaan yang membuat kita mati meski jantung berdetak dan darah mengalir.
Kini sedang di panti rehabilitasi. Mencoba berhenti dari perasaan yang adiktif bahkan berpikir untuk sama sekali berhenti. Pagi itu teman, malam itu musuh. Kesendirian itu memanggil ingatan-ingatan yang sama sekali tak ingin diingat.
Rebahkan diri, tarik selimut hingga dagu. Mungkin saja besok atau lusa rasa itu pergi, hanyut dalam air hujan.
Jangan lagi. Jangan sekali lagi ikuti kata hati.
Karena hatimu belum sepenuhnya bersandar pada Sang Maha Pencinta.
Tunggu saja, terus berusaha. Jika jatuh berdiri lagi. Jika resah kuatkan hati.
Berusahalah sekali lagi, atau berkali kali lagi sampai mati.
Sandarkan diri pada Sang Maha Pencinta.

Kamis, 30 Maret 2017

Dua Detik

Beri aku dua detik
Untuk menyelam ke dalam kedua matamu
Sebelum mata ini tertunduk malu

Denting hati mengkristal sejenak
Itu saat dimana dua detik
kau memanggil sepenggal namaku
Sekali lagi tak bisa bereaksi
Kecuali dua detik tatapan mata

Bahkan jika jiwa telah tenang tak terusik
Aku ingin meminta lagi dua detik
Untuk sekali lagi, kumohon,
Demi menatapmu dalam diam
Mudah mudahan rasa ini tak tinggal diam
Di dalam hatiku
Tapi juga mengalir hangat dan perlahan
Ke dalam hatimu

Jika Dia meridhai dua detik itu
Keserakahanku akan meminta seluruh detik yang kau punya
Untuk digenggam erat hingga raga bertemu di alam yang bukan dunia